Rabu, 24 September 2014

Amazing Makassar, South Sulawesi Part 1

Juni - September 2014, saya menghabiskan waktu di Makassar, Sulawesi Selatan. Pengalaman luar biasa yang banyak mengajarkan saya kehidupan, mungkin tidak berat bagi sebagian orang, tapi cukup menguji ketabahan dan akal sehat saya. Beruntung saya tinggal bersama dengan teman-teman yang penuh dengan pengertian dan menghibur, sehingga membuat hari-hari yang berat dapat dilalui dengan kenangan yang tidak kalah luar biasa indah. Pantai Losari pastinya menjadi tempat tujuan utama, tempat paling hits untuk anak muda menikmati pemandangan laut di selat Makassar. Icon-icon dan tulisan-tulisan besar menjadi tempat untuk spot-spot yang cukup bagus untuk berfoto. namun, lagi-lagi yang tidak bisa dipungkiri adalah sunset yang memukau saya, dan seketika saya memutuskan menjadi sunset hunter di tanah sulawesi ini. Tiga bulan menjadi waktu yang cukup panjang untuk mengeksplor makassar terutama dari segi tempat wisata, sejarah, dan tentunya kuliner. Mulai dari Coto nusantara, coto gagak, iga karebosi, dan ikan kepala Sunu (yang katanya hanya ada di Makassar). seluruh kulineri ini sukses untuk menaikkan berat badan, hati-hati. tapi apalah yang perlu dikhawatirkan dalam hidup sesingkat ini, cukup nikmati saja.


Museum Rotterdam, menjadi destinasi berikutnya yang saya ceritakan. museum ini merupakan benteng pertahanan ketika masa penjajahan Belanda di Selat Makassar, tembok besar terlihat melingkari seluruh bangunan tuanya. Menurut saya, lokasi ini seperti kawasan kota tua, namun yang sangat saya sayangkan adalah banyak sekali terdapat coret-coretan di dinding terowongan dan tembok. sedih sekali melihatnya.
Ketika saya berkunjung disana, sedang berlangsung pameran seni untuk anak-anak. saya dan teman-teman pun ikut meramaikan dengan bermain sepak bola demi mendapatkan susu coklat milo gratis. (hahahaha). alangkah baiknya, untuk sering diadakan festival seni atau bersejarah untuk lebih menarik pengunjung.

Museum Kedua yang dikunjungi adalah Museum Balla Tompoa, terletak di kab. Gowa tapi tidak terlalu jauh dari Makassar. Museum ini sangat sepi pengunjung dan sepertinya tidak ada pengelolaan khusus dari pemda nya, karena tidak ada tarif tiket untuk masuk dan sebagainya. Kami mungkin juga sedikit nakal masuk ke museum ini dengan melompati tembok, karena melihat ada anak SMA yang melakukannya, sebagai wisatawan Jakarta yang pada saat itu sungguh terlalu tidak paham area ini, justru mengikutinya (maafkan). Setelah masuk ke dalam area museum, sebetulnya menurut pendapat saya tempat ini masih bisa dijadikan sebagai rumah budaya. semoga saja, pemda dapat mengembangkannya lebih baik ke depannya.

Untuk part 1, saya berbagi foto di ketiga tempat in, masih banyak tempat yang akan coba saya share, sebagai bentuk rasa terimakasih saya terhadap Makassar sehingga saya ingin orang lain juga merasakan dan melihat langsung keindahan dan keberagaman Indonesia ini. Mungkin saya akan membagi cerita soal Makassar menjadi 3 part. semoga kalian terinspirasi. :))